Hotel berhantu, kurang air atau hotel dengan resepsionis yang cuma paham bahasa planet, mungkin udah biasa gue datangi. Tapi, setiap gue tanya sama diri sendiri (*maklum nggak pernah ada yang nanyain sih) "Hotel mana yang paling aneh yang pernah gue inapi" cuma nama hotel ini yang gue ingat: The Grey Boutique Inn hotel, Legian.
Gue menginap di hotel ini ketika gue liburan ke Bali sama sepupu gue, Dewi. Hotel ini udah di book oleh Dewi lewat
booking.com dua minggu sebelum kita tiba di Bali. Kenapa nggak nyari penginapan on the spot di Bali? Karena Dewi bawa banyak banget tas besar dalam rangka pulang kampung ke Indonesia, selain itu penerbangan gue dan Dewi pun dari bandara yang beda. Dewi berangkat dari Melbourne sedangkan gue dari Jakarta. Dewi diperkirakan sampai di Bali jam 12 siang, sedangkan gue baru bisa sampai di Bali jam 6 sore.
Sekilas nggak ada yang aneh sama hotel ini. Front desk nya rapi, ruang tunggu tamu nyaman, hotel staff nya pun ramah. Gue dan Dewi sempet cipika-cipiki dan ngobrol sebentar di ruang tunggu tamu, sampai akhirnya kita ke kamar untuk naro barang bawaan.
|
Teras hotel |
|
Loby Hotel |
Biasanya saat buka pintu kamar hotel, hal yang paling pertama kita liat pasti kasur hotel yang empuk beserta sprei nya yang udah kebayang harumnya. Di Grey Boutique inn, hal pertama yang gw liat saat gw buka pintu kamar adalah WC/toilet/jamban/ apapun -itu- namanya. Gw shock.
|
denah kamar mandi setelah pintu masuk |
|
Ruang Shower dan toilet difoto secara terpisah |
Saat itu gw masih coba berpikir positif, mungkin tadi gw masuk lewat pintu belakang yaa.. Dan setelah 5 menit memeriksa ruangan kamar, gw gak menemukan pintu masuk lain selain pintu tadi. Pintu yang ada di kamar ini sudah sangat jelas hanya ada dua: Pintu masuk dan pintu balkon.
|
Kanan:Pintu depan Kamar. Kiri:Teras kamar |
Oke, mungkin saat pertama kali ngeliat desain kamar hotel ini, gw menganggap kamar ini unik, seru dan karakter desain nya sama seperti arti nama hotel ini dalam bahasa Indonesia : abu-abu. Tapi keunikan hotel ini sirna saat gw pulang ke hotel habis beli sarapan di luar dan mau masuk kamar, sedangkan Dewi baru mulai melaksanakan hajat manusiawi nya a.ka. taking shit. Walhasil gw harus nunggu di luar kamar kira-kira 15 menit sampai Dewi menuntaskan hajatnya. Dari kejadian ini, kita sepakat untuk tidak keluar kamar sebelum penghuni kamar menuntaskan hajat masing-masing. Kasian nunggu di depan kelamaan, kayak tamu nggak diundang.
Hal aneh lain yang ada di kamar mandi ini adalah kehadiran properti tangga bambu di samping wc. Kenapa pula harus ada tangga bambu di wc?? buat nyodokin WC mampet? sebagai alat pelampiasan seksual? buat nyolong mangga? Buat bunuh diri? Buat apa mas?? Jawab mz buat apa???!!
Tadinya gw berpikir mungkin bangunan ini masih perlu perbaikan, jadi untuk jaga-jaga, staff hotel naro tangga di kamar mandi supaya gampang kalo mau ganti lampu kamar, ganti genteng bocor dan lain-lain. Ternyata oh ternyata tak lain dan tak bukan tangga ini didayagunakan sebagai tempat gantung handuk bersih dan baju kotor. Selain itu, gw kesulitan menemukan fungsi lain dari kehadiran tangga bambu ini di kamar mandi. well done your think broh designer. very well done.
Kamar mandi dan kamar tidur ruangan ini dipisahkan oleh sebuah headboard dari batu marmer atau mungkin granit yang juga dapat difungsikan sebagai lemari pakaian. Mungkin broh desainer terbayang kehidupan jaman batu, dan menjadikannya inspirasi desain kamar hotel ini. Yang jelas, mau dirapihin kayak gimanapun baju-baju bersih kita di lemari ini, akan keliahatan selalu berantakan. Jadi ya mending nggak usah dirapihin. :p
|
Lemari batu |
Properti lain yang nggak kalah uniknya di hotel ini adalah tempat sampah, dan tas untuk membawa barang-barang tamu yang kesemuanya terbuat dari koran. Koran ini di daur ulang sedemikian rupa, hingga menyerupai tas jinjing dan tempat sampah.
|
Kiri: Tas sampah di toilet. Kanan:Tas yang masih belum jelas fungsinya.
*tidak untuk dibawa pulang |
Keanehan terakhir yang gw saksikan di hotel ini adalah nomer kamar. Setelah dua hari menginap di sini, gw baru nyadar bahwa gw nggak pernah tahu nomer kamar gw. Saat gw minta tolong resepsionis untuk order taksi, dan mas resepsionis bertanya "Kamar nomer berapa mbak?" gw yang ketika itu berlari secepat kilat ke pintu depan, menyadari bahwa nomer kamar di hotel ini tidak ada di pintu nya.
"Mas, sepertinya kamar saya nggak ada nomernya deh,saya nginap di lantai dua."
Lalu dengan manis mas resepsionis menjawab "Nomor kamar bisa dilihat di depan pintu kamar, di besi pembatasnya mbak."
Gw menemukan nomor kamar gw di besi pembatas gedung di depan pintu kamar. Sebagian kecil besi pembatas itu dibentuk menjadi angka untuk menunjukkan nomor kamar. Padahal sebenarnya fungsi besi untuk membatasi tamu kamar supaya nggak jatuh ke lantai dasar saat masuk ke dalam kamar.
|
Pintu depan kamar dan ukiran nomor kamar di lantai 2 |
|
nomor kamar lantai dasar terletak di teras depan |
aside from its uniqueness, or said it out of the box, hotel ini cozy dan comfy banget. Menginap di hotel ini untuk beristirahat atau keperluan bisnis pasti nggak akan kecewa. Hotel ini lokasinya enggak di pinggir jalan raya, jadi kita nggak akan terganggu dengan suara mobil lalu lalang ketika kita tidur. Dan hal yang paling penting, hotel ini jauh dari hingar-bingar pantai kuta. Selama menginap di sini gw nggak pernah denger ada bule mabok yang rusuh teriak-teriak di lorong kamar. Pelayanan hotel ini layak banget diacungi jempol, staff hotel nya selalu sigap dan ramah 24 jam membantu dan memberi informasi kepada para tamu hotelnya. Pemandangan kamar di setiap hotel ini langsung mengarah ke kolam renang yang biru dan jernih.
|
Kiri: bedroom . Kanan:kolam renang dan kamar hotel. |
Untuk para perempuan karir, hotel ini mungkin bisa dipertimbangkan karena management menyediakan hair dryer sebagai fasilitas tambahan. Jarang kan ada budget hotel yang nyediain hair dryer cyinn..??
|
Hair dryer di kamar |
Menginap di The Grey Boutique inn membawa pengalaman tersendiri untuk Dewi dan gw, walaupun kita menertawai setiap sudut hotel ini, tapi hotel ini pula yang selalu jadi bahan pembicaraan gw dan Dewi setiap kita membahas liburan kita kemarin.
The Grey Inn Boutique Hotel
Alamat: Jalan Dewi Sri, The Grand Kuta Residende Lane No. 8X, 80361 Legian
Room rate:mulai dari IDR 328.000
Minus
- Jauh dari pantai
- Susah cari makanan murah.
Plus
- Nyaman untuk istirahat
- staff ramah
- Fasilitas berfungsi dengan baik
Kemungkinan menginap kembali: Ya bila dalam perjalanan bisnis. Tidak bila dalam rangka backpacking trip.
Foto diambil dari: Agoda, Booking.com dan
dari sini