02 December 2013

Pengalaman Pertama Diving

Diving? Maksudnya kegiatan menyelam yang cuma pake tabung oksigen itu? Mimpi apa? Berenang aja nggak lulus. Tapi itulah faktanya. Gw berhasil diving hari itu di sore yang terik di perairan.. (ummm wait.. perairan mana sih itu?) yaa pokoknya nggak jauh lah dari tanjung benoa. Awalnya ide diving ini emang dari gw sih. Habisnya kalo liburan ke Bali yang setiap hari nya pulang-pergi ke pantai aja mana seru? Karena kebetulan ketemu voucher diskon diving disini, maka apa salahnya nyoba liburan yang berbeda selain liburan-liatin bule jemur- di bali ya nggak?

Sekitar jam 2 siang, gw dan Dewi (sepupu yang baru pulang dari Ausie) sampai di kantor pengelola rekreasi air di Tanjung Benoa, namanya North Coast BMR(Benoa Marine Recreation). Jadi BMR ini punya berbagai macam rekreasi air untuk ditawarkan ke wisatawan yang main ke sini, mulai dari donut boat, diving,banana boat, flying fish, sampai parasailing. Setiap wisatawan yang datang ke sini akan dibimbing oleh satu orang guide gratis untuk memenuhi kebutuhan mereka. Wisatawan yang belum tau mau main apa, biasanya dikasih daftar permainan air beserta gambarnya.Daftar pemainannya panjang dan berlembar-lembar, sudah kayak menu makan ala ala resto. Berhubung kita sudah beli voucher jauh-jauh hari sebelumnya, maka kita hanya tinggal menunjukkan bukti pembayaran dan langsung bisa menikmati semua permainan yang sudah dibayar.


Guide kita, sebut saja namanya Wawan memberi saran agar kita mencoba diving terlebih dahulu lalu dilanjutkan dengan permainan lain karena diving memerlukan waktu yang lebih lama daripada permainan lain. Tanpa buang-buang waktu, mas Wawan mencarikan perlengkapan menyelam sesuai dengan ukuran tubuh kita. Sebelum diving dimulai, mas Wawan memberikan kuliah tujuh menit tentang pengetahuan dasar menyelam, mulai dari sandi tangan sampai cara mengoperasikan alat menyelam. Untuk penyelam pemula, mungkin sedikit nggak ngerti sama penjelasan mas Wawan ini, tapi jangan khawatir, yang paling penting itu praktek di lapangannya.
Mas Wawan lagi kultum, kitanya lagi sok asik.
Tahap awal yang harus dilalui oleh penyelam pemula sebelum diving adalah pengenalan kolam. Oleh Diving Instructor(DI) mula-mula kita diajak ‘kenalan’ dengan kolam yang kedalamannya 1,5 meter. Lalu setelah terbiasa, DI menuntun kita ke kolam yang kedalamannya 3 Meter. 3 METER!Berenang di kolam biasa aja sehari-harinya nggak berani lebih dari 1,5Meter. Hiks. Begitu sampai di dasar kolam, gw langsung panik. Nggak ngerti cara napas yang benar, gerak tangan dan badan nggak beraturan seperti korban kejahatan yang ditenggelemin paksa pake pemberat. Lalu gw langsung minta DI untuk membawa gw naik ke permukaan. Begitu sampai di atas, tau nggak apa yang gw bilang sama mas-mas DI?

“Aduhhh mas.. saya takut tenggelem!!”

Mas-mas DI hanya bengong dan menjawab “Lho mbak? Jangan takut tenggelem.kan ada tabung oksigen. Kalo diving kan emang mesti tenggelem”

Oiyaaa bener juga yaa..

Walhasil pengenalan kolam gw dan dewi memerlukan waktu hampir satu jam karena kita mamerlukan waktu lama untuk bisa tenang di dalam air dan kita belum bisa melakukan ekualisasi telinga dengan benar. Dewi berhasil bikin nyali gw ciut dengan tiba-tiba ngebatalin niatnya untuk menyelam. Dewi kemudian memilih ocean walk(jalan-jalan di dalam laut pake helm ala ala astronot) sebagai penggantinya, kata dia itu lebih safety buat dia. Okelah.
        Pict: Pengenalan kolam


Begitu selesai pengenalan kolam, maka saat yang dinanti-nanti pun tiba. MENYELAM di LAUT LEPAS. Bukan di KOLAM RENANG. Hahahaha.. Kita dibawa ke perairan menggunakan boat cepat dari BMR. Rasanya sore itu perasaan gw campur aduk. Antara excited, dan takut. Mungkin saat itu muka gw lebih seperti imigran gelap yang mau ditenggelemin ke laut lepas. Saat di kapal, mas-mas DI ngasih gw beberapa bungkus roti untuk diselipkan di bagian kaki. Roti itu buat ikan-ikan unyu di dalam laut sana.

“Nggak usah takut mbak, nanti sudah sampe dalem pasti lupa sama takunya begitu lihat ikan" Begitu kata mas-mas DI

“mas.. mas.. liat ikan doang mah di rumah saya mah banyaaak” (sahut gw dalam hati)

Laju kapal terasa melambat. Kapal kita berhenti di sebelah kapal lain milik BMR yang mengangkut wisatawan untuk ocean walking. Dewi dipindahkan ke kapal ocean walking, dan gw beserta mas-mas DI masih harus berlayar kira-kira lima menit jauhnya dari kapal Dewi.  Saat itu nyali masih sempet penggalauan tuh. Nyelem nggak yah....
Tiba-tiba mesin kapal dimatikan. Inilah gw, seorang diri bersama mas-mas DI menyelam di tengah lautan lepas. Perasaan gw semakin nggak karuan. Gimana kalau nanti gw tenggelam dan nggak bisa napas?

Selesai memasang peralatan menyelam, gw dan mas DI pun terjun ke dalam air. Dia sudah menyelam duluan, sementara gw hanya bengong melihat dia menghilang di antara birunya air laut…

Daan dia muncul lagi..

“Ayo mbak.. kita ke bawah. Pasang oksigennya ya..”


Begitu oksigen gw pasang, Mas-mas DI langsung menarik tubuh gw ke dalam air. Gw panik dan berontak di dalem air. DI memberi sinyal untuk tenang dan menuntun gw untuk berenang menuju sebuah pipa besi yang tertanam di bawah laut. Napas gw memburu banget,rasanya kayak kekurangan nafas mulu. Gw masih belum terbiasa bernafas dari mulut.  Suasana di dalam sana terasa begitu sunyi dan dingin, gw hanya bisa mendengar suara tarikan nafas dan percakapan gwsaya dengan diri gw sendiri. Gw nggak pernah merasa se-sepi ini seumur hidup gw. Berenang ke pipa besi bawah laut itu terasa lamaaa sekali, padahal kenyataannya penyelaman menuju pipa besi tersebut mungkin hanya sekitar lima menit aja. Saat pipa besi tersebut bisa gw raih, mas DI pindah posisi berhadapan dengan gw dan mengeluarkan roti yang sudah dia selipkan di baju selamnya. Nggak sampai satu menit, ikan-ikan mulai mengerubuti DI. DI kemudian memberi isyarat ke gw untuk melakukan hal yang sama. “WOW!” kerumunan ikan warna-warni berenang dengan begitu anggun berebut sepotong roti milik gw. Benar ternyata kata mas DI di atas kapal tadi, begitu melihat ikan, gw pasti lupa. Terumbu karang disini bagus, Ikan nya juga warna warni. Tapi sayang, jarak pandang mata terbatas.  


Melihat gw bisa menguasai keadaan, DI mengajak gw untuk berenang lebih dalam lagi. Di kedalaman kira-kira 5 meter, DI berhenti dan memberi sinyal  untuk melihat ke bawah. Dan WOW. Terlihat barisan terumbu karang yang menari-nari mengikuti arus air. Begitu takjubnya gw sampai terbawa arus air. Gw belum bisa menyeimbangkan diri gw di dalam sana. Rasanya kayak ketiup angin kenceng dan kita nggak punya tempat buat pegangan. Dan lagi-lagi gw panik. DI memberi isyarat untuk memegang pipa besi yang ada di depan gw, Walaupun sudah berhasil meraih pipa besi itu, badan gw masih terhempas sama  arus. Gw lalu memegang pipa besi itu kuat-kuat karena takut kebawa arus dan mas DI nggak sigap nangkep badan gw di air. Gw panik dan nggak bisa menguasai diri. DI menghampiri gw dan memberi sinyal tangan “semua akan baik-baik saja”. Gw menggeleng, telinga gw terasa begitu sakit. Berkali-kali gw coba ekualisasi, tapi ekualisasi yang gw lakukan ternyata nggak berhasil meredakan sakit di telinga gw yang semakin menjadi. Sampai-sampai gw ngerasa gendang telinga gw mau meledak saking sakitnya. Gw kembali mengisyaratkan kepada DI untuk naik ke permukaan. Semua isyarat tangan yang gw pelajari tadi terlupa begitu aja berganti dengan gerakan tubuh yang nggak beraturan. Nafas gw tersengal-sengal. Mengetahui gw diserang panik yang berlebihan, DI langsung menekan tombol peralatan selam gw dan menarik tubuh gw ke permukaan.

AHHH  SELAMAAATTT

Rasanya senang kembali ke atas air dan bisa bernafas normal layaknya manusia. Bukan manusia ikan.hahahahahahaha. Gw berusaha mengambil nafas panjang.Rasanya itu pengalaman pertama gw dekat dan takut dengan kematian.. "Begini tohhh rasanya diving..." Gw senyum-senyum sendiri sambil menghadapkan muka gw ke teriknya matahari Bali. 
Kapok? Nggak sih. Mungkin lain kali gw akan mencoba latihan di kolam berhari-hari dulu sebelum menyelam ke laut yang sebenarnya. Yang gw dengar sih Diving itu bagus lhoo untuk melatih ketenangan diri.

P.s: Gw suka banget kehidupan bawah laut Indonesia. Keren. Pake kata BANGET  *nyengir
- oiyaaa Dewi nggak jadi ocean walking karena telinganya nggak tahan dengan kedalaman air.Saat gwjemput di kapal, katanya dia baru saja muntah.huakakakakakaka


2 comments:

  1. Kapan2 ikut dive trip Mba. Di sini utk info trip-nya: www.indonesiadivesafaris.com

    @Rezkito

    ReplyDelete
    Replies
    1. Thank you.. setelah dive pertama ini selama beberapa bulan dua telinga aku sakit seperti masih ada cairan yang tertinggal. Dipakai untuk sujud shalat sangat sakit sekali. Akhirnya beberapa kali terapi ke THT dan alhamdulillah udah normal lg. Nggak kapok sih, tp kalo mau coba diving lagi kayaknya harus ikut diving class.. makasih yaa info diving trip nya. :)

      Delete