Hal apa yang pertama kali kita pelajari ketika
kita berusia satu hari di dunia? Komunikasi. Kita menangis untuk menyampaikan
bahwa popok kita basah, dan bahkan menangis lebih keras untuk menyampaikan
bahwa kita lapar.Lalu ibu akan datang dengan berbagai pertanyaan,apakah kita
lapar?apakah popok kita basah?atau kita hanya ingin digendong?Dari pertanyaan
itu,ibu akan membawa solusi untuk menenangkan tangis kita dan seiring dengan
berjalannya waktu,ibu kemudian akan mengerti apa arti tangisan kita dan apa yang
kita butuhkan.
Walaupun komunikasi yang kita sampaikan ketika kita masih bayi hanya berupa tangisan sederhana,namun terkadang pada awalnya para ibu sulit untuk menerka apa yang kita inginkan. Jika kamu pikir menerjemahkan komunikasi pada bayi itu susah, tunggu sampai kamu menerjemahkan komunikasi yang dilakukan oleh manusia dewasa.
"Kamu kenapa sih?"
"….."
"Kok diem?"
"Aku gak kenapa-kenapa."
"Oooo yaudah kalo gak kenapa-kenapa.aku pikir kamu marah"
Seorang teman pernah bercerita tentang betapa jengkelnya ia menghadapi pacarnya yang sangat moody dan aku lalu bertanya “kamu bilang gak,kalo kamu ga suka di moody-in?” Dan ia menjawab “aku sudah bilang,tapi dia masih aja seperti itu” Lalu, aku yang kemudian bertanya-tanya, apakah pesan yang dia sampaikan sudah jelas?apakah ia dan pasangannya benar-benar sedang berkomunikasi?
Adalah hal yang sangat lucu bahwa kita sudah mempelajari cara berkomunikasi dari hari pertama kita lahir, dan kita bahkan belum bisa berkomunikasi dengan benar hingga sekarang.
Komunikasi merupakan hal yang sangat sederhana, kita menyampaikan pesan, dan lawan bicara akan menangkap pesan yang kita berikan. Agar lawan bicara dapat mengerti apa yang kita sampaikan,maka kita harus menyampaikan pesan kita dengan jelas tanpa ada kata-kata yang ambigu.Itu kata dosen komunikasi ku yang gelarnya sudah Master. Tapi, apakah bu Dosen sudah menerapkan ilmu komunikasi dengan baik kehidupannya sendiri? Apakah kita perlu kuliah dengan jurusan komunikasi untuk jadi ahli dalam hal berkomunikasi?
Untuk menyampaikan pesannya dengan jelas, ada beberapa cara yang dilakukan manusia dalam berkomunikasi. Beberapa orang menyukai komunikasi dengan menggunakan tulisan. Itulah kenapa jejaring sosial seperti twitter semakin marak dan semakin banyak pengguna nya. Marah karena pasangan terlambat menjemput? Tinggal update status “Udah satu jam nih nunggu di pinggir jalan, tapi supir yg ditunggu tak kunjung datang”-mention ke pasangan-
Atau ingin mengungkapkan hal yang romantis ke pasangan tapi malu mengatakannya secara langsung? Update status “aku tau aku bukan yang pertama, tapi aku menyiapkan diriku untuk jadi yang terakhir buat kamu”
Atau mungkinnn suami pulang telat ke rumah? Mari tulis “Papa kemana ya? Belum pulang dari tadi pagi.Papa gak tau anak-anak nunggu di rumah?”
Mengapa kita lebih nyaman berkomunikasi melalui mesin, dibandingkan berkomunikasi secara langsung? Apakah ‘ia’ akan lebih peduli bila kita menyampaikan pesan kita melalui twitter daripada menyampaikannya secara langsung? Apakah kita benar-benar menyampaikan hal yang ingin kita sampaikan kepada orang yang kita tuju, atau kita hanya ingin mendapatkan simpati dari teman-teman yang membaca tulisan kita?
Semakin dewasa, kita mengadaptasi cara berkomunikasi yang semakin kompleks untuk diri kita sendiri dan orang lain.Padahal, ketika kita bayi, komunikasi adalah hal yang paling mudah dan sederhana. Apa karena terbiasa berkomunikasi maka kita menganggap kita ahli?
Seorang Ibu yang telah menikah berpuluh-puluh tahun dengan suaminya pernah mengeluh “Ibu selalu merasa uang belanja Ibu nggak cukup.Bapak nggak tau sih sekarang apa-apa mahal!” Dan aku menjawab “trus ibu bilang gak sama bapak di pasar harga-harga udah naik?” “Harusnya bapak tau kalo ngeliat sayur yang ibu masak makin sedikit.”
Apakah karena terbiasa berkomunikasi, membuat kita malas untuk berkomunikasi? Dan yang paling lucu adalah kita berpikiran bahwa pasangan bisa menerka apa yang kita inginkan karena kita sudah terbiasa berkomunikasi.
Bahkan ibu yang telah terbiasa dengan tangis bayinya, terkadang masih salah menerka apa keinginan si bayi.
Kita belajar berkomunikasi dari kita masih berumur satu hari di dunia, dan akan terus berlanjut sampai kita berhenti untuk berkomunikasi. Dan tidak perlu kuliah jurusan komunikasi atau dapat gelar Master Komunikasi untuk menjadi ahli dalam berkomunikasi.
Komunikasi itu simple,dan komunikasi itu penting. Berkomunikasi yang baik tidak perlu membuat orang lain menerka, berkomunikasi yang baik tidak bisa dengan hanya diam, bahasa tubuh atau raut wajah. Berkomunikasi yang baik akan membawa kita pada tujuan dan keinginan kita. Ingin naik gaji, ingin pasangan yang lebih mengerti, ingin uang belanja bulanan dinaikkan, apa saja. Berkomunikasi yang baik adalah seperti rengekan kita ketika kita kecil dan disampaikan dengan mudah, semudah tangisan kita ketika kita masih bayi.
Walaupun komunikasi yang kita sampaikan ketika kita masih bayi hanya berupa tangisan sederhana,namun terkadang pada awalnya para ibu sulit untuk menerka apa yang kita inginkan. Jika kamu pikir menerjemahkan komunikasi pada bayi itu susah, tunggu sampai kamu menerjemahkan komunikasi yang dilakukan oleh manusia dewasa.
"Kamu kenapa sih?"
"….."
"Kok diem?"
"Aku gak kenapa-kenapa."
"Oooo yaudah kalo gak kenapa-kenapa.aku pikir kamu marah"
Seorang teman pernah bercerita tentang betapa jengkelnya ia menghadapi pacarnya yang sangat moody dan aku lalu bertanya “kamu bilang gak,kalo kamu ga suka di moody-in?” Dan ia menjawab “aku sudah bilang,tapi dia masih aja seperti itu” Lalu, aku yang kemudian bertanya-tanya, apakah pesan yang dia sampaikan sudah jelas?apakah ia dan pasangannya benar-benar sedang berkomunikasi?
Adalah hal yang sangat lucu bahwa kita sudah mempelajari cara berkomunikasi dari hari pertama kita lahir, dan kita bahkan belum bisa berkomunikasi dengan benar hingga sekarang.
Komunikasi merupakan hal yang sangat sederhana, kita menyampaikan pesan, dan lawan bicara akan menangkap pesan yang kita berikan. Agar lawan bicara dapat mengerti apa yang kita sampaikan,maka kita harus menyampaikan pesan kita dengan jelas tanpa ada kata-kata yang ambigu.Itu kata dosen komunikasi ku yang gelarnya sudah Master. Tapi, apakah bu Dosen sudah menerapkan ilmu komunikasi dengan baik kehidupannya sendiri? Apakah kita perlu kuliah dengan jurusan komunikasi untuk jadi ahli dalam hal berkomunikasi?
Untuk menyampaikan pesannya dengan jelas, ada beberapa cara yang dilakukan manusia dalam berkomunikasi. Beberapa orang menyukai komunikasi dengan menggunakan tulisan. Itulah kenapa jejaring sosial seperti twitter semakin marak dan semakin banyak pengguna nya. Marah karena pasangan terlambat menjemput? Tinggal update status “Udah satu jam nih nunggu di pinggir jalan, tapi supir yg ditunggu tak kunjung datang”-mention ke pasangan-
Atau ingin mengungkapkan hal yang romantis ke pasangan tapi malu mengatakannya secara langsung? Update status “aku tau aku bukan yang pertama, tapi aku menyiapkan diriku untuk jadi yang terakhir buat kamu”
Atau mungkinnn suami pulang telat ke rumah? Mari tulis “Papa kemana ya? Belum pulang dari tadi pagi.Papa gak tau anak-anak nunggu di rumah?”
Mengapa kita lebih nyaman berkomunikasi melalui mesin, dibandingkan berkomunikasi secara langsung? Apakah ‘ia’ akan lebih peduli bila kita menyampaikan pesan kita melalui twitter daripada menyampaikannya secara langsung? Apakah kita benar-benar menyampaikan hal yang ingin kita sampaikan kepada orang yang kita tuju, atau kita hanya ingin mendapatkan simpati dari teman-teman yang membaca tulisan kita?
Semakin dewasa, kita mengadaptasi cara berkomunikasi yang semakin kompleks untuk diri kita sendiri dan orang lain.Padahal, ketika kita bayi, komunikasi adalah hal yang paling mudah dan sederhana. Apa karena terbiasa berkomunikasi maka kita menganggap kita ahli?
Seorang Ibu yang telah menikah berpuluh-puluh tahun dengan suaminya pernah mengeluh “Ibu selalu merasa uang belanja Ibu nggak cukup.Bapak nggak tau sih sekarang apa-apa mahal!” Dan aku menjawab “trus ibu bilang gak sama bapak di pasar harga-harga udah naik?” “Harusnya bapak tau kalo ngeliat sayur yang ibu masak makin sedikit.”
Apakah karena terbiasa berkomunikasi, membuat kita malas untuk berkomunikasi? Dan yang paling lucu adalah kita berpikiran bahwa pasangan bisa menerka apa yang kita inginkan karena kita sudah terbiasa berkomunikasi.
Bahkan ibu yang telah terbiasa dengan tangis bayinya, terkadang masih salah menerka apa keinginan si bayi.
Kita belajar berkomunikasi dari kita masih berumur satu hari di dunia, dan akan terus berlanjut sampai kita berhenti untuk berkomunikasi. Dan tidak perlu kuliah jurusan komunikasi atau dapat gelar Master Komunikasi untuk menjadi ahli dalam berkomunikasi.
Komunikasi itu simple,dan komunikasi itu penting. Berkomunikasi yang baik tidak perlu membuat orang lain menerka, berkomunikasi yang baik tidak bisa dengan hanya diam, bahasa tubuh atau raut wajah. Berkomunikasi yang baik akan membawa kita pada tujuan dan keinginan kita. Ingin naik gaji, ingin pasangan yang lebih mengerti, ingin uang belanja bulanan dinaikkan, apa saja. Berkomunikasi yang baik adalah seperti rengekan kita ketika kita kecil dan disampaikan dengan mudah, semudah tangisan kita ketika kita masih bayi.
Angka Main Togel Prediksi Paling Jitu
ReplyDelete