24 February 2014

Rempongnya jadi TKI (Part: Cari kerja di luar negeri)

Sepupu gw, Dewi yang baru beberapa bulan pulang dari Australia ceritanya mulai bosen menganggur dan ngabis-ngabisin uang di Indonesia. Jadi, dia minta gw untuk cariin kerja di luar negeri. Jujur aja, kalau untuk kerjaan di negara Eropa gw nggak punya bayangan sama sekali. Kalau untuk negara-negara middle east alias Timur Tengah, yaaa gw tau sedikit-sedikit lahh.. 

Akhirnya gw pun mulai menawarkan ide “kerja di Midde east” ini ke Dewi. Salah satu negara yang gw tawarkan adalah Dubai. Bukan tanpa alasan, Menurut gw Dubai itu merupakan salah satu kota termaju di Uni Emirat Arab, hukum Islam yang berlaku disana juga nggak se ketat di Jeddah. Masyarakat Dubai adalah masyarakat yang multi etnis. Coba bayangin, 85 persen dari total penduduknya terdiri dari ekspatriat, dan sisanya adalah penduduk lokal. Menurut gw, perpaduan penduduk Dubai ini cocok untuk Dewi. Jadi, walaupun pola pikir nya luas, dewi tetap ingat untuk bersikap seperti orang Timur.

Dubai dan salah satu icon nya yg terkenal ituh

Satu negara lain yang gw tawarkan adalah Maladewa (Maldives). Alasan gw nawarin Maldives karena Dewi suka banget sama pantai. Kemungkinan besar kalau dia kerja di Maldives, begitu pulang ke Indonesia dia bakal nge geret gw ke gunung, saking eneg nya liat pantai. Akhirnya, ini jadi pilihan terakhir aja kalo nggak ada yang mau nerima dia di Dubai.

Resort mewah ala Maldives

Selama dua hari full (27-28 Agustus 2013), dimulai lah pencarian info kerja besar-besaran tentang Dubai. Basically selama dua hari itu kerjaan gw cuma buka website, submit cv, buka twitter, leha-leha, baca berita, nulis email, dan cek email  doang sampe bosen. Tapi disini lah seni nya nyari kerja online. Jangan Berhenti sampe ketemu!! :p 
Kenyataannya gw mulai capek di hari ke tiga. Akhirnya gw berniat untuk berhenti online selama beberapa hari sambil harap-harap cemas nungguin cv dibales lewat email.

Tepat di hari ke empat (30 Agustus 2013) umpan CV yang gw kirim ke sebagian besar industri perhotelan Dubai ditangkep sama ikan-ikan di sana (a.k.a hotel-hotel dubai). Kabar itu gw dapet dari dewi yang nelepon gw dengan nada excited sekaligus ketakutan

“Ca, kamu uda buka email belum? Coba buka deh.. aku ditanya kapan bisa interview. Gimana nih? Aku sama sekali nggak tau mau ngomong apa?!”

Gw buru-buru cek email dia, memang benar ada beberapa email dari hotel dan restoran yang minta dia interview secepatnya karena mereka lagi butuh pegawai secepatnya juga. Setelah memberi ucapan selamat, bahwa banyak banget yang tertarik dengan CV dia, gw mulai menenangkan dia.

“Tenang aja babe, Interview nya kan by phone, speak as yourself. Kalo kamu salah jawab, toh dia nggak nandain muka kamu dan nyari kamu ke Indonesia”

Lalu, di waktu yang nggak disangka-sangka satu pencari kerja mulai menelepon Dewi dan menanyakan beberapa pertanyaan dalam bahasa Inggris. Pertanyaan nya nggak gitu susah kok seperti “Apa kesibukan kamu sekarang?” “Kenapa berhenti bekerja di tempat sebelumnya?” dan beberapa pengetahuan tentang makanan dan minuman.

Hampir setiap hari selama kurang lebih tiga hari Dewi sibuk nerima interview dalam bahasa inggris dari Dubai. Dan selama tiga hari itu juga dewi berjuang dengan sinyal henpon yang acak adut, dan bahasa Inggris yang kurang bisa di dengar dengan jelas.


Kalo inget saat-saat itu lucu juga, setiap dapet email. Dia pasti nelepon gw dulu untuk curhat betapa deg-deg annya dia nungguin telepon dari interviewer dan selaluu...selaluuu saja mereka nelpon di saat dewi sudah mulai lupa mereka bakal interview : alias tengah malam pas dewi siap-siap mau tidur! 

Note: Untuk yang mau nyari kerja di luar negeri, dan kebetulan nyasar di blog ini, ini gw kasih alamat website yang pernah gw kunjungi .*di klik aja yaa satu-satu

1. Gulf news -> lowongan kerja disini lumayan up to date. 
5. Jumeirah Carreers -> Akhirnya dewi dapet kerjaan dari sini. Recomended banget lah. Kontrak nya juga bagus
6. www.catererglobal.com


Komunikasi



Hal apa yang pertama kali kita pelajari ketika kita berusia satu hari di dunia? Komunikasi. Kita menangis untuk menyampaikan bahwa popok kita basah, dan bahkan menangis lebih keras untuk menyampaikan bahwa kita lapar.Lalu ibu akan datang dengan berbagai pertanyaan,apakah kita lapar?apakah popok kita basah?atau kita hanya ingin digendong?Dari pertanyaan itu,ibu akan membawa solusi untuk menenangkan tangis kita dan seiring dengan berjalannya waktu,ibu kemudian akan mengerti apa arti tangisan kita dan apa yang kita butuhkan. 
Walaupun komunikasi yang kita sampaikan ketika kita masih bayi hanya berupa tangisan sederhana,namun terkadang pada awalnya para ibu sulit untuk menerka apa yang kita inginkan. Jika kamu pikir menerjemahkan komunikasi pada bayi itu susah, tunggu sampai kamu menerjemahkan komunikasi yang dilakukan oleh manusia dewasa.
"Kamu kenapa sih?"
"….."
"Kok diem?"
"Aku gak kenapa-kenapa."
"Oooo yaudah kalo gak kenapa-kenapa.aku pikir kamu marah"
Seorang teman pernah bercerita tentang betapa jengkelnya ia menghadapi pacarnya yang sangat moody dan aku lalu bertanya “kamu bilang gak,kalo kamu ga suka di moody-in?” Dan ia menjawab “aku sudah bilang,tapi dia masih aja seperti itu” Lalu, aku yang kemudian bertanya-tanya, apakah pesan yang dia sampaikan sudah jelas?apakah ia dan pasangannya benar-benar sedang berkomunikasi?
Adalah hal yang sangat lucu bahwa kita sudah mempelajari cara berkomunikasi dari hari pertama kita lahir, dan kita bahkan belum bisa berkomunikasi dengan benar hingga sekarang.
Komunikasi merupakan hal yang sangat sederhana, kita menyampaikan pesan, dan lawan bicara akan menangkap pesan yang kita berikan. Agar lawan bicara dapat mengerti apa yang kita sampaikan,maka kita harus menyampaikan pesan kita dengan jelas tanpa ada kata-kata yang ambigu.Itu kata dosen komunikasi ku yang gelarnya sudah Master. Tapi, apakah bu Dosen sudah menerapkan ilmu komunikasi dengan baik kehidupannya sendiri? Apakah kita perlu kuliah dengan jurusan komunikasi untuk jadi ahli dalam hal berkomunikasi?
Untuk menyampaikan pesannya dengan jelas, ada beberapa cara yang dilakukan manusia dalam berkomunikasi. Beberapa orang menyukai komunikasi dengan menggunakan tulisan. Itulah kenapa jejaring sosial seperti twitter semakin marak dan semakin banyak pengguna nya. Marah karena pasangan terlambat menjemput? Tinggal update status “Udah satu jam nih nunggu di pinggir jalan, tapi supir yg ditunggu tak kunjung datang”-mention ke pasangan-
Atau ingin mengungkapkan hal yang romantis ke pasangan tapi malu mengatakannya secara langsung? Update status “aku tau aku bukan yang pertama, tapi aku menyiapkan diriku untuk jadi yang terakhir buat kamu”
Atau mungkinnn suami pulang telat ke rumah? Mari tulis “Papa kemana ya? Belum pulang dari tadi pagi.Papa gak tau anak-anak nunggu di rumah?”
Mengapa kita lebih nyaman berkomunikasi melalui mesin, dibandingkan berkomunikasi secara langsung? Apakah ‘ia’ akan lebih peduli bila kita menyampaikan pesan kita melalui twitter daripada menyampaikannya secara langsung? Apakah kita benar-benar menyampaikan hal yang ingin kita sampaikan kepada orang yang kita tuju, atau kita hanya ingin mendapatkan simpati dari teman-teman yang membaca tulisan kita? 
Semakin dewasa, kita mengadaptasi cara berkomunikasi yang semakin kompleks untuk diri kita sendiri dan orang lain.Padahal, ketika kita bayi, komunikasi adalah hal yang paling mudah dan sederhana. Apa karena terbiasa berkomunikasi maka kita menganggap kita ahli?
Seorang Ibu yang telah menikah berpuluh-puluh tahun dengan suaminya pernah mengeluh “Ibu selalu merasa uang belanja Ibu nggak cukup.Bapak nggak tau sih sekarang apa-apa mahal!” Dan aku menjawab “trus ibu bilang gak sama bapak di pasar harga-harga udah naik?” “Harusnya bapak tau kalo ngeliat sayur yang ibu masak makin sedikit.”
Apakah karena terbiasa berkomunikasi, membuat kita malas untuk berkomunikasi? Dan yang paling lucu adalah kita berpikiran bahwa pasangan bisa menerka apa yang kita inginkan karena kita sudah terbiasa berkomunikasi. 
Bahkan ibu yang telah terbiasa dengan tangis bayinya, terkadang masih salah menerka apa keinginan si bayi.
Kita belajar berkomunikasi dari kita masih berumur satu hari di dunia, dan akan terus berlanjut sampai kita berhenti untuk berkomunikasi. Dan tidak perlu kuliah jurusan komunikasi atau dapat gelar Master Komunikasi untuk menjadi ahli dalam berkomunikasi.
Komunikasi itu simple,dan komunikasi itu penting. Berkomunikasi yang baik tidak perlu membuat orang lain menerka, berkomunikasi yang baik tidak bisa dengan hanya diam, bahasa tubuh atau raut wajah. Berkomunikasi yang baik akan membawa kita pada tujuan dan keinginan kita. Ingin naik gaji, ingin pasangan yang lebih mengerti, ingin uang belanja bulanan dinaikkan, apa saja. Berkomunikasi yang baik adalah seperti rengekan kita ketika kita kecil dan disampaikan dengan mudah, semudah tangisan kita ketika kita masih bayi. 


Tegak Bersambung


Ada yang masih inget buku tulis tegak bersambung gak? Gw pribadi masih inget banget, karena setiap gw nulis di buku kayak gini, nilai tulisan gw ga pernah di atas 60. Yes, tulisan tangan gw ga pernah bagus dari sejak dahulu kala. Bahkan gw perna disuruh kakak sepupu gw nulis ulang isi buku IPA di buku tulis 12 halaman -_-
But u know, gw ga perna berkecil hati walaupun cowo taksiran gw tulisannya lebih bagus dr gw (hahahaha boong banget)
Buku tulis tegak bersambung punya gw dulu sampulnya warna kuning, dengan gambar dua buah gedung sekolah gw di sampul belakang dan kolom nama di sampul depan. Oiya, tekstur sampul depannya itu kasar banget. Mungkin itulah kenapa guru bahasa Indonesia gw,Ibu Rohanna Tambunan (geez i still remember her name! :D ) menyebut tulisan tegak bersambung itu sebagai tulisan halus kasar. Dan mungkin juga,nama itu didapat dari cara dia menulis tulisan di buku itu.
"Kalo kau tulis Huruf B (sambil gambar garis huruf B di papan tulis) Kau mulai dengan garis kasar, caranya kau tekan itu pensil kau. Lalu ketika garisnya turun,jangan kau tekan tangan kau. Nah ini namanya tulisan halus kasar." (kira-kira gitu dehh cara dia ngomong dengan logat bataknya yang kentel bangets)
gw tau ribetnya bu Rohanna ngajarin 46orang anak yang masih sangat lugu akan tulisan halus kasar di kelas gw, tapi doski selalu berusaha keras agar tulisan kita berwujud seperti tulisan dia yang bagus banget kayak font italic Roman di komputer. Dan tulisan gw tetep end up kayak cacing dansa di buku tulisan halus kasar itu. Bahkan gw perna dapet nilai 50.
Kira-kira kayak gini tulisan gw jaman dulu

Lucky me, sekarang telah ditemukan alat tulis baru selain pensil dan pulpen (baca: spidol). Maka, dengan spidol gw memulai lembaran baru. Menulis tulisan yang jaman dulu guru2 gw bilang tulisan orang gede (karena mereka bilang tulisan itu cuma boleh ditulis sama orang yang udah gede aja) baca: tulisan huruf lepas. Gw dan si spidol pun hidup sangat selaras. Gw merasa ga bisa menulis tanpa menggunakan alat tulis lain selain spidol. Gw minder, tangan gw gemeter dan selalu dihantui bayang2 tulisan bakal jelek kalo pake pensil atau pulpen. Si spidol mungkin ga merasa seperti apa yang gw rasakan ke dia. Tapi biarlah, toh dia benda mati bukan benda hidup.
Okay, walaupun gw sudah mulai melupakan memori buruk gw sama buku tulis halus kasar ini. Tapi kadang2 gw masih suka inget, pandangan iri gw ke cowo temen se bangku gw betapa bagusnya tulisan halus kasar dia ( Oh and hey dia murid kesayangan bu Rohanna)

Rina..

"His hello was the end of her endings..
Her laugh was their first step down the aisle..
His hand would be hers to hold forever..
His forever was as simple as her smile.
An ocean couldn’t prevent it. A New York minute wouldn’t let it pass..
Does the universe decide for us, Which love will fade and which will last..
He said she was what was missing. She said she instantly new..
She was a question to be answered..
And his answer was 
“I do.” 
-SATC-
Hari ini pukul 10 malam.Kamu pasti masih terjaga. Kamu bisa jadi perempuan paling panik sejagat pangkalan bun sekarang. yang mau makan aja terasa kenyang, mau tidur pun terasa nggak nyenyak..
Rina Arianti Desi Juniarti, nama ini agak susah diingat ketika kita kenal untuk yg pertama kalinya di ruang kelas bercat putih 8 tahun yang lalu..
Namun, nama Rina juga yang selalu aku ingat ketika aku butuh tempat bercerita, tempat aku menumpahkan kebingungan masa muda, tempat bersenang-senang, bahkan tempat menumpahkan tangisan..
Rina, perempuan yang kupeluk di ambang pintu kosan suatu pagi dengan mata sembab habis menangis semalaman. Aku ingat saat itu aku begitu terpukul dan kamu begitu shock sampai tak tau cara menenangkan ku.
hari itu Na, aku telah melalui satu cobaan terbesar dalam hidupku bersama kamu, dan satu wanita cantik lainnya, Ucil.
Pastinya Na, kita juga melalui masa-masa labil kita di usia 19an bersama-sama: kejutan ulang tahun kamu yang gagal namun membekas, petualangan kita ke jogja, dan hobi kita nongkrong di Bbs sampai subuh.
Esok pagi, kamu pasti akan jadi pengantin paling cantik se pangkalan bun. Dan pastinya pengantin paling cantik dan anggun nomer dua setelah Ucil. Mungkin kamu berharap kita ada di sana untuk membuat kamu tersenyum saat kamu sedang berdandan, mungkin kamu membutuhkan tangan-tangan kami untuk menggenggam tanganmu dan meredakan ke gugupan kamu.
Maaf ya rina, kita belum bisa ada di sana saat ini..
Pastinya kita disini pun merasakan yang sama seperti kamu, bahagia setengah tidak percaya bahwa kamu sudah sah menjadi milik seorang pria. Aku doakan kamu selalu bahagia, dan tetap tersenyum bagaimana pun keadaannya. Semoga esok, kamu selalu manis mengingat kesakralan hari ini.
love,
cha

Berteman Sesal


Pada siapa kamu berpihak?

Pada sesal..

Walaupun kamu berjalan bersamanya dengan langkah goyah?

Ya! dan walaupun kami berlari seperti tikus-tikus pencari umpan.
Dan dengan siapa kamu akrab?
Dengan tangisan.
Walaupun ia membuat matamu sembab?
Ya! dan walaupun ia mencungkil hati saya sepotong demi sepotong.
Bodoh sekali!Kamu tau siapa yang memilihkan jalan ini untukmu?
Saya kira ini Tuhan.
Tuhan selalu memberi jalan terbaik untuk umatnya kawan!
Maka yang terbaik bagi saya adalah sesal
Lalu pada sesal sekarang kamu berteman?
Ya!Karena telah bosan rupanya raga ini digadaikan untuk membeli sebuah lorong waktu.
14Jan2013
This is me tryin to wrote my mind..
-cha-